Tips Trik, Trik dalam Game, Informasi, Inspirasi Hubungan dan Artikel Berbahasa Melayu

Penampilan Agamis Belum Tentu Spiritualis

Artikel terkait : Penampilan Agamis Belum Tentu Spiritualis


Penampilan Agamis Belum Tentu Spiritualis.

Penampilan menjadi pengamatan umum bagi khalayak ramai, begitupula dengan penampilan yang berhubungan dengan agama. Seolah-olah penampilan agamis menjadi tolak ukur dalam menentukan kualitas sradha dan bhakti yang berhubungan dengan keimanan. Fenomenanya di masyarakat banyak yang berlindung di balik jubah agamis namun menebar candu yang kemudian menguntungkan dirinya dan kelompoknya. Seperti misalnya, penampilan agamis dijadikan sebagai kamuplase dalam menjebak pengikut yang ujung-ujungnya ada udang dibalik batu (mencapai hasrat kepuasaan dan material).

Kejadian-kejadian demikian tidak jarang berahir pada ranah hukum dan merugikan orang disekitarnya bahkan agamanya sendiri. Agama dijadikan komoditi untuk mencari keuntungan dan memenuhi hasrat keinginannya. Bermodal penampilan agamis dibumbui dengan dokrin-dokrin plintiran keyakinan sendiri serta dilengkapi dengan trik-trik kebohongan yang kemudian tidak jarang pula mampu menarik banyak orang.

Fenomena ini menjadi hal yang sangat  menarik dicermati bahwa penampilan agamis bukan satu-satunya ukuran dalam menentukan kualitas spiritual seseorang. Bisa saja penampilan hanya sebagai kamuflase untuk menarik pengikut dan memuluskan rencana terselubung. Disisi lain, penampilan lebih pada sisi luar dalam beragama namun ukuran sradha dan bhaktiada pada sisi rasa dan keyakinan. Ukurannya pun sangat sulit dinilai sehingga secara kasat mata spiritual seseorang sulit untuk dinilai apalagi menyimpulkannya hanya melihatnnya dari sisi penampilan semata.

Kemasan luar dalam beragama memang menjadi pendukung pelaksanaan agama, namun yang paling penting adalah bagaimana mengamalkan agama dalam bentuk perbuatan (kayika), perkataan (wacika) dan pikiran (manacika) dalam kehidupan. Agama sebagai ajaran kebenaran hakiki yang tertinggi juga tidak cukup hanya dipikirkan, dikatakan ataupun diperbuat namun ketiga tindakan ini wajib dijalankan secara tegak lurus dan seimbang.

Beragama juga tidak bertujuan untuk memperlihatkan penampilan diri atau nyapa kadi aku yang mengarah pada kesombongan. Semua yang didasari atas ego akan menumbuhkan sikap-sikap buruk yang kemudian akan membawa pada dampak-dampak negatif. Agama juga tidak mengajarkan seseorang untuk dikagumi atau disanjung atas penampilan keagamaannya, namun lebih dari itu yakni ajaran-ajaran yang disampaikan dan dilaksanakan dalam tindakan nyata sehingga mampu dicontoh oleh orang banyak.

Penampilan agamis bukan berarti tidak penting, namun dalam konteks ini penampilan agamis yang dimaksud yakni penampilan yang cendrung dibuat-buat ataupun dipaksakan. Kemudian, penampilan yang hanya bertujuan untuk mengelabui atau mengarah pada ranah keuntungan finasial. oknum-oknum yang memanfaatkan situasi dan kesempatan agama untuk mengeruk keuntungan besar sebagai ladang bisnis.

Perlu pemahaman mendalam dalam menghadapi fenoma yang seperti ini, meskipun pada realitanya sulit untuk menilai kualitas spiritual namun logika beragama harus tetap dijalankan tidak hanya berpatokan pada sisi luar (penampilan). Beragama tetap dijalankan dengan nalar dan akal sehat sehingga tidak terjerumus oleh penampilan semu namun kosong pemaknaan. Kebenaran sebagai dasar pelaksanaan agama menjadi tumpuan utama dalam setiap tindakan. Agama dijadikan sebagai jalan damai untuk mencapai kesadaran Ketuhanan, bukan malah menjadi tumpuan dalam membodohi seseorang apalagi memperoleh material.

Berpenampilan kesederhanaan dalam menjalankan agama tidak juga menjadi patokan kulitas agamanyanya di bawah. Bahkan banyak di masyarakat yang justru berpenampila sederhana namun menunjukan kualitas  dan kematangan agama dalam bentuk tindakan dan spirit yang tinggi. Kesederhanaan tidak merefresentasikan ketiadaan, namun dalam konteks agama kesederhanaan juga diatur sebagai jalan dan tingkatan beragama. Kesederhanaan diatur dalam pelaksanaan keagamaan yang tidak mengurangi kualitas dari ritual ataupun tindakan keagamaan.

Jadi penampilan tidak semata-mata bagian dari kadar nilai spiritual setiap orang beragama. Penampilan agamis menjadi bernilai tinggi ketika adanya kesesuaian antara apa yang ditampilkan sesuai dengan ucapan-ucapan kebenaran. Beragama tidak hanya berkaitan dengan apa yang ditampilkan namun beragama juga berkaitan dengan implementasi tindakan-tindakan kebenaran yang secara nyata dilakukan sehingga dapat memberikan vibrasi positif bagi diri sendiri, sekitar, maupun banyak orang.

Semoga Bermanfaat.


Artikel Ardianw311 Blog Lainnya :

0 komentar:

Catat Ulasan

Terimakasih telah berkenan untuk membaca artikel diatas. Tolong berkomentar yang sesuai dengan isi Artikel diatas. Komentar spam dan berisi konten Negatif lainnya tidak akan saya Publikasikan. Terimakasih.

Copyright © 2014 Ardianw311 Blog | Design by Ardian Widianto